Universitas Negeri Semarang(Unnes) adalah universitas konservasi.
Konservasi memang telah menjadi visi kami. Lengkapnya, universitas
konservasi bertaraf internasional yang sehat, unggul, dan sejahtera.
Sekarang Universitas Negeri Semarang telah menjelma menjadi salah satu
Perguruan Tinggi Negeri Unggulan dan terpandang di Jawa Tengah. Di
kampus Sekaran, 12 Maret 2010, keberadaan Unnes sebagai universitas
konservasi telah kami deklarasikan.Menteri Pendidikan Nasional Muhammad
Nuh hadir dan meresmikannya. Dengan deklarasi itu, kami bertekad untuk
selalu menjunjung tinggi prinsip perlindungan, pengawetan, pemanfaatan,
dan pengembangan secara lestari terhadap sumber daya alam dan budaya
luhur bangsa. Kami juga menempatkan konservasi sebagai wujud tridarma
perguruan tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat. Gemanya, tentu saja, kami harapkan sampai di kampus-kampus
lain yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Unnes: Kelud, Bendan,
Pegandan, Karanganyar, dan Tegal. Dengan begitu, makin kuatlah
persenyawaan itu. Sebagai perguruan tinggi negeri jelmaan Insitut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), Unnes memberikan perhatian besar
pada bidang kependidikan. Dari 59 program studi, 34 program studi di
antaranya merupakan program studi kependidikan dengan gelar sarjana
pendidikan (S.Pd.) bagi lulusannya. Tak hanya pada jenjang sarjana,
Unnes juga membuka sejumlah program studi pada jenjang magister (S2) dan
program doktor (S3), di samping program diploma (D3). Di universitas
ini dibuka pula pendidikan profesi dan Pendidikan Profesi Guru (PPG).
Akhirnya, bagian mana pun dari aspek yang dimiliki oleh Unnes yang
segera menarik perhatian Anda, pada kolom ini saya ucapkan selamat
datang di Unnes, di universitas konservasi. Semoga kehadiran Anda adalah
bagian dari gerak maju kami. Salam konservasi.
Sejarah
Unnes telah berdiri sejak tahun
1965 di kota
Semarang, kota tua yang merupakan ibu kota provinsi
Jawa Tengah. Dengan enam fakultas dan satu program
pascasarjana, saat ini Unnes mendidik sekitar 25.000 mahasiswa yang tersebar dalam jenjang program
Diploma,
Sarjana, dan
Pascasarjana
Sejarah perkembangan Universitas Negeri Semarang yang sebelumnya bernama
IKIP
Semarang telah dimulai dengan berdirinya berbagai lembaga pendidikan
guru di atas SMTA. Lembaga-lembaga pendidikan guru tersebut adalah:
Kursus B-I dan kursus B-II Middelbaar Onderwijzer A Cursus (MO-A) dan
Middelbaar Onderwijzer B Cursus (MO-B) merupakan lembaga pendidikan
yang disiapkan oleh Pemerintah Kolonial
Belanda bertujuan untuk menyiapkan guru-guru SMTP dan SMTA. Kursus MO-A dan MO-B diselenggarakan di Semarang sampai dengan tahun
1950.
Dengan Peraturan Pemerintah No.41/1950, Kursus MO-A dijadikan Kursus
B-I dan Kursus MO-B dijadikan Kursus B-II yang diselengarakan sampai
dengan tahun 1960.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan Sekolah Tinggi Olahraga (STO)Tanggal
1 Januari 1961, dengan Keputusan Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No. 108487/S tanggal
27 Desember 1960,
Kursus B-I dan Kursus B-II diintegrasikan ke dalam Universitas
Diponegoro menjadi sebuah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP)Universitas Diponegoro. Pada tahun
1963,
Jurusan Pendidikan Jasmani yang semula bagian dari Kursus B-II dipisah
menjadi Sekolah Tinggi Olahraga (STO) yang berdiri sendiri di bawah
Departemen Olahraga. Perubahan ini didasarkan pada Keputusan Menteri
Olahraga No.23 Tahun 1963 tanggal
19 April 1963.
FKIP kemudian memisahkan menjadi Institut keguruan dan Ilmu Pendidikan
(IKIP) Yogyakarta cabang Semarang IKIP Semarang Selama IKIP Semarang
berdiri, telah terjadi perkembangan-perkembangan sebagai berikut:
Extention Course dan IKIP Semarang cabang Tegal. Didirikan di
beberapa tempat, baik di dalam maupun di luar kota Semarang untuk
memenuhi aspirasi guru-guru SD, SMTP dan SMTA yang ingin melanjutkan
studi keguruan di IKIP Semarang.
Integrasi lembaga Pembinaan Pembaharuan pendidikan dan Kebudayaan
(LP3K) dan Sekolah Tinggo Olahraga (STO) LP3K didirikan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dengan tujuan untuk merelevansikan pendidikan
formal di desa-desa dengan tuntutan kehidupan dan modernisasi daerah
pedesaan.
Pada tahun 2000, ketika masa kepemimpinan Prof. Dr. Rasdi
Ekosiswoyo,M.Sc akhirnya IKIP Negeri Semarang berubah menjadi
Universitas Negeri Semarang